Naruto - Animated Dancing Akatsuki Tobi

Pages

Ads 468x60px

Jumat, 27 September 2013

Kisah Pilu Pemain Bintang Indonesia




KISAH TRAGIS ERIYANTO, KAPTEN TIMNAS U-17 YANG JUARA DI
 MILAN




Rumah beralaskan tanah dan berdinding bilik kayu itu terletak di pelosok kampung. Jalan menuju tempat tinggalnya selalu becek, licin dan berlumpur di waktu hujan. Maklum, bukan jalan kampung tidak beraspal. Itulah rumah salah seorang pemain timnas U-17, Eriyanto. Anak muda yang masih belia ini bersinar setelah bergabung dalam The All Star Team Milan Junior Camp di Italia pada 2010 lalu.
Eriyanto, terlahir dari pasangan Uli (43) dan Eha Sulaeha (38). Mereka tinggal di Kampung Gulingjawa Citajur RT 01 RW 23, Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak. Untuk sampai ke rumah pelajar kelas 2 SMA Nagrak ini, perlu waktu berjalan hampir satu jam dari jalan raya utama Sukabumi-Bogor.
Sosok remaja 16 tahun ini mendapat perhatian luas dari publik karena terabaikan meski telah menorehkan prestasi dalam perhelatan Milan Junior Camp Day Tournament di markas AC Milan. Bahkan dalam ajang internasional itu, Eriyanto terpilih menjadi kapten terbaik.
Mirisnya, nasib Eriyanto dan keluarga tidak berubah meski telah mengharumkan nama bangsa di arena internasional. Padahal, pemerintah sebelumnya menjanjikan akan memberikan bonus atas prestasi yang ditorehkan Eriyanto.
Rumah Eriyanto misalnya, tidak berubah sedikit pun. Pada waktu hujan banyak tetesan air yang mengalir dari sela-sela bilik bambu dan genteng yang rapuh.
Lantai yang beralaskan tanah tampak becek saat air hujan merembes masuk. Sementara tempat tidur Eriyanto hanya beralaskan bambu dan ditutupi kain seprei. Untuk sarana hiburan, di rumah itu hanya terdapat radio tanpa televisi (TV).
Di depan rumah Eriyanto terdapat kandang kambing. Di dalamnya terdapat lima ekor kambing milik tetangga yang dipeliharanya. Tak jarang selepas pulang sekolah, Eriyanto membantu ayahnya mencari rumput untuk makan kambing dan menggembalakannya.
Ayah kandung Eriyanto, Uli yang hanya bekerja serabutan tidak bisa berbuat apa-apa. Pada musim hujan seperti saat ini dia jarang mendapatkan pekerjaan. Pada hari-hari biasa pun dia hanya menerima upah sebesar Rp 15 ribu per hari.
Sementara janji pemerintah untuk membantu kehidupan keluarga Eriyanto belum ada yang terlaksana. Tapi pria bersahaja ini enggan menuntut janji itu.
"Memang ada yang menjanjikan membantu," ungkap Uli.


JANJI SBY DULU
Andi Mallarangeng: “Andi, Tanyakan kepada mereka, apa harapan dan cita-cita. Mau menjadi pesepakbola atau memilih karier lainnya. Bisa berhasil sebagai pemain bola, sekolah, atau profesi lainnya”


ERIYANTO SEKARANG
Sungguh pilu nasib yang dialami kapten terbaik Milan Junior Camp Day Tournament 2010, Eriyanto. Capaian prestasti dalam mengharumkan nama bangsa tidak sebanding dengan perhargaan yang didapatnya. Derita Eri semakin bertambah ketika rumahnya yang hanya seluas 4x6 meter beralas tanah dan berdinding bilik bambu dihantam longsor.
Eriyanto merupakan bibit muda yang potensial. Ia berasal dari keluarga kurang mampu di Kampung Gulingjawa Citajur, Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat. Ayahnya hanya buruh serabutan yang berpenghasilan Rp 20 ribu per hari. Hingga kini, Eri masih menyempatkan mencari rumput untuk kambing-kambing peliharaannya.

Meski dari keluarga kurang mampu, Eri terpilih kapten terbaik Milan Junior Camp Day Tournament 2010. Prestasinya tidak berhenti sampai di situ. Ia bergabung dengan timnas U-17 dan mengikuti HKFA International Youth Football Invitation Tournament 2012 di Hongkong. Bersama timnas U-19, Eri menyabet juara umum di Hongkong pada 2013.

Sayang, honornya saat memperkuat timnas U-19 belum dibayar hingga saat ini. Namun demikian hal tersebut tidak membuatnya mundur untuk mengenakan seragam dengan logo Garuda di dada. Pelajar yang duduk di kelas tiga sekolah menengah atas ini akan mengikuti seleksi masuk Pelatnas 1 Mei di Jakarta untuk turnamen AFF U-19 tahun 2013.

"Saya membela timnas tanpa bayaran sedikitpun, tetapi saya bangga memakai kaos Garuda. Jika dipanggil lagi untuk perkuat timnas, saya tetap mau demi Garuda," kata Eriyanto seraya berlinangan air mata. Eri butuh uang itu karena sejak bersinar di dunia sepakbola tiga tahun lalu, Eri sudah tak lagi meminta uang dari orang tuanya.

Penggemar bek Barcelona, Carles Puyo ini sedih karena belum bisa membahagiakan orangtuanya untuk membangunkan rumah yang layak. "Saya ingin perbaiki tempat tinggal saya, kepada bapak Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) saya mohon bantuan supaya saya memiliki rumah yang layak," tutur Eriyanto dengan terbata-bata sambil terisak.

Sebenarnya Eriyanto pernah dijanjikan rumahnya akan direnovasi saat diterima Presiden SBY usai terpilih sebagai kapten terbaik di Milan Junior Camp Day Tournament 2010. Namun, hingga kini hal itu belum terlaksana. Baru Menpora Roy Suryo yang mengunjungi rumah Eri yang terkena longsor dan memberikan bantuan berupa uang tunai dan material.

Yuk kita mention rame-rame akun FB Susilo Bambang Yudhoyono dan akun twitter @SBYudhoyono

LIKE, COMMENT & SHARE jika MILANISTI ikut Peduli.

Sumber:
https://www.facebook.com/MilanistiIndonesia?ref=stream     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text